Selasa, 29 April 2014

PROSES TERBENTUKNYA HORISON TANAH



Horison tanah terbentuk sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada lapisan bahan induk tanah sebagai akibat dari perpindahan material halus dan unsur basa di lapisan permukaan ke lapisan bahan permukaan. Proses pengayaan partikel dan unsur di lapisan permukaan terjadi melalui pelonggokan sisa organik, sementara itu , proses   partikel dan unsur dilapisan  bawah permukaan berasal dari pelapukan mineral primer ditambah dengan pengendapan unsur dan partikel dari lapisan permukaan. Kurun waktu berlangsugnya suatu proses menentukan intensitas pengaruh suatu faktore pembentuk pada hasil proses. Semakin panjang kurun waktu berlangsungnya suatu proses pelapukan maka  semakin tebal bahan induk yang terbentuk. Berikut gambar perkembangan profil tanah menurut kurun waktu berjalannya proses.





Perkembangan tanah diawali dengan pelapukan batuan induk (kondisi I), pelapukan menghasilkan batuan induk yang pecah-pecah dan tercerai berai membentuk bahan induk tanah (kondisi II), proses pelapukan terus berlanjut menghasilkan zona lapuk yang semakin dalam dan menghasilkan material berukuran halus. Seiring dengan proses pelapukan yang semakin berlanjut kemampuan air meningkat sehingga dapat mendukung kehidupan makhluk hidup. Bagian atas zona lapuk yang tersusun oleh material halus bercampur dengan pelapukan sisa organik menghasilkan material yang berbeda dengan material bahan induk tanah yag disebut sebagai horison A (kondisi III).berjalannyawaktu diikuti dengan proses pelapukan yang terus belangsung sehingga zona lapuk semakin tebal. Infiltrasi air dari lapisan permukaan tanah ke lapisan bawah tanah permukaan memindahkan unsur basa tanah dan partikel berukuran halus sehingga terjadi penimbunan unsur basa tanah dan partikel berukuran halus pada lapisan tanah permukaan. Lapisan tanah yang kaya akan unsur basa tanah dan partikel berukuran halus hasil perpindahan dari lapisan tanah atas disebut sebagai horison B (kondisi IV).intensitas pengaruh makhluk hidup dalam hal ini vegetasi semakin meningkat sehingga laju sedimentasi organik melebihi laju dekomposisi yang pada akhirnya membentuk horison O. Keterdapatan horison O membuat air perkolasi menjadi lebih reaktif dan secara maksimal memindahkan hampir semua basa pada lapisan tanah di bawah horison A dan membentuk horion E (Kondisi V).
Pada dasarnya semuanya adalah batuan induk. Kemudian dengan adanya pelapukan dan dinamika eksogen sehingga menyebabkan bedrock berada diposisi bawah atau dasar serta akibat adanya penambahan dan pengurangan material material tanah.
                                                                                            
DAFTAR PUSTAKA

Sartohadi,Janud,Jamulya, dan Nur Indah S.D.,2012.Pengantar Geografi Tanah.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Katili,D.R.J.A,dan DR.P.Marks.GEOLOGI.Bandung : Kilatmadju



 

Senin, 28 April 2014

FAKTOR DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Tanah adalah gejala alam permukaan daratan, membentuk suatu mintakat (zone)
yang disebut pedosfer, tersusun atas massa galir (loose) berupa pecahan dan lapukan
batuan (rock) bercampur dengan bahan organik. Berlainan dengan mineral, tumbuhan dan hewan, tanah bukan suatu ujud tedas (distinct). Di dalam pedosfer terjadi tumpang-tindih (everlap) dan salingtindak (interaction) antar litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Maka tanah dapat disebut gejala lintas-batas
antar berbagai gejala alam permukaan bumi. Ditinjau dari segi asal-usul, tanah merupakan hasil alihrupa (transformation) dan alihtempat (translocation) zat-zat mineral dan organik yang berlangsung di permukaan daratan di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang, dan berbentuk tubuh dengan organisasi dan morfologi tertentu (Schroeder, 1984).
Pengertian tubuh menandakan bahwa tanah merupakan bangunan bermatra tiga, dua matraberkaitan dengan luas bentangan dan satu matra berkaitan dengan tebal. Sifat-sifat tanah muncul dan berkembang secara berangsur menuruti perjalanan waktu yang sangat panjang. Maka waktu menjadi matra keempat tanah. Dengan demikian tanah disebut bangunan bermatra empat, atau sistem ruang-waktu. Ini berarti hakekat tanah hanya terungkapkan secara baik kalau setiap gejala tanah didudukkan menurut ruang dan waktu. Sifat tanah beragam ke arah samping (lateral) dan ke arah cacak (vertical) menuruti keragaman faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pembentukan tanah. Tampakan tanah yang berkaitan dengan pola agihan cacak sifat-sifat tanah (vertical distribution pattern of soil properties) disebut morfologi tanah. Bidang irisan tegak sepanjang tubuh tanah, yang menampakkan morfologi tanah, disebut profil tanah. Profil tanah dipergunakan mengklasifikasikan tanah. Pola agihan menyamping sifat-sifat tanah dipergunakan memilahkan daerah bentangan kelas-kelas tanah dalam pemetaan tanah. Setiap tubuh tanah menempati suatu bagian bentanglahan (lanscape) dan menjadi salah satu tampakan alamiah (natural feature) bentanglahan bersama dengan sungai, rawa,gunung, hutan, dsb. Keseluruhan tampakan tanah dalam suatu wilayah membentuk bentangtanah (soilscape) yang menjadi salah satu ciri bentanglahan di wilayah bersangkutan.
Ada lima faktor pokok yang mempengaruhi pembentukan tanah dan menentukan
rona bentangtanah, yaitu bahan induk, iklim, organisme hidup, timbulan, dan waktu.
Dengan peningkatan intensitas penggunaan tanah, khusus dalam bidang pertanian, manusia dapat dimasukkan sebagai faktor pembentuk tanah. Dengan tindakannya mengolah tanah, mengirigasi, memupuk, mengubah bentuk muka tanah (meratakan, menteras) dan mereklamasi, manusia dapat mengubah atau mengganti proses tanah yang semula dikendalikan oleh faktor-faktor alam.
Faktor pembentuk tanah ialah keadaan atau kakas (force) lingkungan yang berdaya
menggerakkan proses pembentukan tanah atau memungkinkan proses pembentukan tanah berjalan. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan berbagai reaksi fisik, kimia dan biologi. Reaksi menghasilkan sifat-sifat tanah dan karena memiliki sifat maka tanah dapat menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan tiga tahapan : (1) mengubah bahan mentah menjadi bahan induk tanah, (2) mengubah bahaninduk tanah menjadi bahan penyusun tanah, dan (3) menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh tanah. 
Faktor-faktor pembentuk tanah adalah sebagai berikut:
1. Bahan induk 
Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan atau longgokan biomassa mati sebagai
bahan mentah. Yang berasal dari batuan akan menghasilkan tanah mineral, sedang yang berasal dari longgokan biomassa mati akan menghasilkan tanah organik. Bahan penyusun tanah organik dirajai oleh bahan organik dengan campuran bahan mineral berupa endapan aluvial.Sifat bahan mentah dan bahan induk berpengaruh atas laju dan jalan pembentukan tanah, seberapa jauh pembentukan tanah dapat maju, dan seberapa luasfaktor-faktor lain dapat berpengaruh. Sifat-sifat tersebut ialah susunan kimia, sifat fisik dan sifat permukaan. Dalam hal bahan mentah dan bahan induk mineral sifat-sifat yang berpengaruh termasukpula susunan mineral, dan dalam hal bahan mentah dan bahan induk organik sifat-sifat yang berpengaruh termasuk pula susunan jaringan. Sifat fisik berkenaan dengan struktur dan granularitas. Sifat permukaan berkenaan dengan kemudahan kelangsungan reaksi antarmuka (interface). 

2.  Iklim
Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan keairan tanah serta berdaya
pengaruh tidak langsung pula lewat vegetasi. Hujan dan angin dapat menimbulkan
degradasi tanah karena pelindian (hujan) dan erosi (hujan dan angin). Energi pancar
matahari menentukan suhu badan pembentuk tanah dan tanah dan dengan demikian
menentukan laju pelapukan bahan mineral dan dekomposisi serta humifikasi bahan
organik. Semua proses fisik, kimia dan biologi bergantung pada suhu. Air merupakan
pelaku proses utama di alam, menjalankan proses alihragam (transformation) dan
alihtempat (translocation) dalam tubuh tanah, pengayaan (enrichment) tubuh tanah dengan sedimentasi, dan penyingkiran bahan dari tubuh tanah dengan erosi, perkolasi dan pelindian. Curah hujan merupakan sumber air utama yang memasok air ke dalam tanah. Suhu dan kelembaban nisbi udara menentukan laju evapotranspirasi dari tanah. Maka imbangan antara curah hujan dan evaotranspirasi menentukan neraca keairan tanah, dan ini pada gilirannya mengendalikan semua proses yang melibatkan air. Neraca keairan tanah berkaitan dengan musim. Dalam musim yang curah hujan (CH) melampaui evapotranspirasi (ET), air dalam tubuh tanah bergerak ke bawah, menghasilkan perkolasi yang mengimbas alihtempat zat ke bagian bawah tubuh tanah dan pelindian zat ke luar tubuh tanah. Dalam musim yang CH lebih rendah daripada ET, gerakan air dalam tubuh tanah berbalik ke atas, yang mengimbas alihtempat zat ke bagian atas tubuh tanah dan pengayaan tubuh tanah dengan zat dari luar tubuh tanah.
Iklim juga berpengaruh dengan menggerakkan proses berulang pembasahan dan pembekuan. Pengaruh tidak langsung lewat vegetasi menentukan seberapa besar pengaruh yang dapat dijalankan oleh faktor organisme. 

3.  Organisme Hidup 

Faktor ini terbagi dua, yaitu yang hidup di dalam tanah dan yang hidup di atas tanah. Yang hidup di dalam tanah mencakup bakteria, jamur, akar tumbuhan, cacing tanah,
rayap, semut, dsb. Bersama dengan makhluk-makhluk tersebut, tanah membentuk suatu ekosistem. Jasad-jasad penghuni tanah mengaduk tanah, mempercepat pelapukan zarah-zarah batuan, menjalankan perombakan bahan organik, mencampur bahan organik dengan bahan mineral, membuat lorong-lorong dalam tubuh tanah yang memperlancar gerakan air 
dan udara, dan mengalihtempatkan bahan tanah dari satu bagian ke bagian lain tubuh
 tanah. vegetasi adalah sumber utama bahan organik tanah. Bahan induk organik yang
dikenal dengan sebutan gambut, berasal dari vegetasi. Berlainan dengan batuan induk dan iklim yang merupakan faktor mandiri (independent), vegetasi bergantung pada hasil interaksi antara batuan, iklim dan tanah. Nasabah vegetasi dengan
tanah bersifat timbal-balik. Ragam vegetasi dalam kawasan luas terutama ditentukan oleh keadaan iklim. Maka ragam pokok vegetasi berkaitan dengan mint
akat pokok iklim. Namun demikian vegetasi tetap berdaya pengaruh khusus atas pembentukan tanah, yaitu (1) menyediakan bahan induk organik, (2) menambahkan bahan organik kepada tanah mineral, (3) ragam vegetasi menentukan ragam humus yang terbentuk, (4) menciptakan iklim meso dan mikro yang lebih lunak dengan mengurangi rentangan suhu dan kelembaban ekstrem, (5) melindungi permukaan tanah terhadap erosi, pengelupasan, pemampatan dan penggerakan, (6)
memperlancar infiltrasi dan perkolasi air, (7) memelihara ekosistem tanah, dan (8)
melawan pelindian hara dengan cara menyerap hara yang terdapat di bagian bawah tubuh tanah dengan sistem perakarannya dan mengangkat hara ke permukaan tanah dalam bentuk serasah (konversi daur hara). 
 
4.  Timbulan
 
Timbulan (relief) atau bentuk lahan (landform) menampilkan tampakan lahan
berupa tinggi tempat, kelerengan, dan kiblat lereng. Timbulan merupakan faktor pensyarat (conditioning factor) yang mengendalikan pengaruh faktor iklim dan organisme hidup, dan selanjutnya mengendalikan laju dan arah proses pembentukan tanah.Dalam kawasan curah hujan yang sama, timbulan menciptakan keairan tapak yang dapat berbeda-beda. Di tapak yang berkedudukan lebih tinggi dan berlereng-lereng, terjadi suasana yang lebih kering karena letak air tanah lebih dalam dan air lebih banyak lari sebagai aliran perkolasi dan aliran limpas (
runoff). Sebaliknya, di tapak yang berkedudukan lebih rendah dan datar atau cekung, terjadi suasana yang lebih basah karena letak air tanah dangkal, yang membatasi laju perkolasi, dan air cenderung mengumpul, bahkan memperoleh aliran masuk dari tapak sekitar yang berkedudukan lebih tinggi(runon). Tanah di lahan atasan terbentuk dalam keadaan pengatusan (drainage) lebih baik, maka biasanya berwarna cerah kemerahan dan sifatnya lebih beragam. Tanah di lahan bawahan terbentuk dalam keadaan pengatusan lebih buruk, maka biasanya berwarna 
kelam di bagian atas dan bercak-bercak karat di bagian bawah, dan keragaman sifat tanah lebih terbatas.Tanah berlereng-lereng lebih rentan erosi dan longsor. Tanah datar atau cekung justru menjadi tempat menampung bahan yang tererosi dari tanah sekitar yang terletak lebih tinggi. Kaitan timbulan dengan erosi angin berbalikan dengan kaitannya dengan erosi air. Tanah datar yang luas dan terbuka tanpa halangan bukit-bukit sangat rentan terhadap erosi angin. Masukan energi pancar matahari beragam menurut landaian dan kiblat lereng, yang mempengaruhi suhu, ET dan sering juga agihan CH. Jadi, daya pengaruh iklim makro dan vegetasi atas pembentukan tanah berubah karena timbulan. Pengaruh kiblat lereng atas suhu di jalur sepanjang katulistiwa dapat diabaikan, karena rentangan jarak dan lama waktu matahari berada di sebelah utara dan selatan katulistiwa, dan lama waktu matahari berada di sebelah timur dan barat zenit, sama sepanjang tahun. Di Indonesia yang hujan bersifat orografis dan musim barat lebih banyak membawa hujan, lereng yang berkiblat
barat-baratlaut bersifat lebih basah daripada yang berkiblat timur-tenggara. Di kawasan belahan bumi utara yang jauh dari katulistiwa, keadaan lereng yang berkiblat selatan lebih panas dan lebih kering daripada yang berkiblat utara. Lereng berkiblat barat pada umumnya lebih lembab daripada yang berkiblat timur. Maka pada umumnya proses pembentukan tanah sering intensif dilereng-lereng berkiblat barat laut. 
 
5. Waktu 
 
Waktu bukan faktor penentu sebenarnya.Waktu dimasukkan faktor karena semua
proses maju sejalan dengan waktu. Tidak ada proses yang mulai dan selesai secara
seketika. Tahap evolusi yang dicapai tanah tidak selalu bergantung pada lama kerja
berbagai faktor, karena intensitas faktor dan interaksinya mungkin berubah-ubah sepanjang perjalanan waktu. Dapat terjadi tanah yang belum lama terbentuk akan tetapi sudah memperlihatkan perkembangan profil yang jauh. Sebaliknya, ada tanah yang sudah lama menjalani proses pembentukan akan tetapi perkembangan profilnya masih terbatas. Tanah yang berhenti berubah sepanjang perjalanan waktu menandakan bahwa tanah tersebut telah mencapai keseimbangan dengan lingkungannya dan disebut telah mencapai klimaks. Kalau keadaan lingkungan berubah, proses-proses tanah akan bekerja kembali menuju ke pencapaian keseimbangan baru. Sementara itu ciri-ciri klimaks terdahulu masih tertahan karena untuk
menghilangkannya diperlukan waktu sangat panjang. Tanah semacam ini disebut tanah tinggalan (relict soil). Apabila tanah hasil bentukan lingkungan purba terkubur oleh bahan endapan baru, perkembangannya akan terawetkan. Tanah yang berasal dari suatu lingkungan purba dinamakan paleosol. Paleosol
yang terawetkan disebut tanah fosil. Tanah-tanah yang ada di kebanyakan lahan berumur lebih muda daripada 200.000 tahun meskipun proses pembentukan tanah telah berlangsung jauh lebih lama. Salah satu sebab ialah erosi yang secara berangsur mengikis tanah sehingga tanah tetap mengalami pemudaan dan penipisan (menyingkirkan lapisan tanah atasan yang lebih tua). Sebab lain ialah banyak medan yang permukaannya dari waktu ke waktu tertutup bahan endapan baru
berupa abu volkan, loess, apungan glasial (glacial drifts), atau aluvium (Harpstead & Hole,1980). Sebagai bandingan dapat dikemukakan bahwa bumi terbentuk pada 4,5 milyar tahun sebelum kini, batuan tertua berumur 4 milyar tahun, manusia pertama muncul pada 2,5 juta tahun sebelum kini (kala plistosen) , dan manusia mulai merajai bumi pada 10.000tahun sebelum kini (kala holosen). 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Anon. 1989. Agricultural compendium. For rural development in the tropics and
subtropics. Elseiver. Amsterdam. xxxviii + 740 h.
Harpstead, M.I., & F.D. Hole. 1980. Soil science simplpified. Iowa State University
Press./Iowa. viii +121h.
Lynch, J.M. 1983. Soil biotechnology. Microbiological factors in crop productivity.
Blackwell Scientific Publications. Oxford. x + 191 h.
Schroeder, D. 1984. Soils. Facts and concepts. Int. Potash Inst. Bern. 140 h.

Sabtu, 26 April 2014

Ruang Lingkup Geografi Tanah

Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Ruang Lingkup Geografi
Pengertian tentang geografi di atas menunjukkan bahwa yang dipelajari dalam geografi ternyata sangat luas. Oleh karena itu, perlu adanya batasan yang menjadi ruang lingkup bahasan geografi. Ruang lingkup bahasan geografi terdiri dari 3 bagian, yaitu sebagai berikut.
Geografi Fisik: Geografi fisik mempelajari gejala-gejala alam di permukaan bumi yang meliputi atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Gejala-gejala alam tersebut berkaitan dengan bentuk, relief, iklim, dan segala sesuatu tentang bumi, serta tentang proses-proses fisik yang terjadi di darat, laut, dan udara yang berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia.
Geografi Sosial: Geografi sosial mempelajari segala aktivitas kehidupan manusia di bumi dan interaksinya dengan lingkungan, baik dalam lingkungan sosial, ekonomi, maupun budaya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa geografi sosial (geografi manusia) mempelajari dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap manusia.
Geografi Regional: Geografi regional mempelajari topik atau bahasan khususnya yang mencakup suatu daerah atau wilayah tertentu. Geografi regional merupakan bahasan yang menyeluruh, baik dari aspek fisik ataupun sosial sehingga dianggap sebagaio bentuk tertinggi dalam geografi.
Struktur Ilmu Geografi
Ilmu Geografi sebagai subyek dari integrasi berbagai studi menurut Peter Hagget membagi menjadi beberapa percabangan,
Geografi Fisik
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi fisik mempelajari bentang lahan (Landscape) yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk oleh interaksi dan interdependensi bentuk lahan. Berikut merupakan pencabangan geografi fisik,
Geologi
Geomorfologi
Meteorologi dan Klimatologi
Hidrologi
Oceanografi
Biogeografi
Kosmografi
Pedologi
Geografi Manusia
Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi manusia mempelajari yang mempelajari tentang aspek sosial, ekonomi dan budaya penduduk. Berikut merupakan pencabangan geografi manusia,
Geografi Ekonomi
Demografi
Geografi Politik
Etnografi
Geografi Sosial
Geografi Industri
Geografi Pariwisata
Geografi Sejarah
Geografi Pertanian
Geografi Transportasi
Geografi Regional
Geografi regional merupakan studi tentang variasi persebaran gejala dalam ruang pada waktu tertentu baik lokal, nasional, maupun kontinental. Geografi regional terbagi atas,
Geografi Regional berdasar Zonasi
Geografi Wilayah Tropik, Geografi Wilayah Arid, Geografi Wilayah Kutub, Geografi Desa, Geografi Kota
Geografi Regional berdasar Kultur
Geografi Kawasan Asia Tenggara, Geografi Kawasan Eropa, Geografi Kawasan Amerika Utara, Geografi Kawasan Amerika Selatan, Geografi Kawasan Afrika, Geografi Kawasan Australia
Geografi Teknik
Geografi teknik merupakan studi terbaru di bidang ilmu geografi yang berkembang seiring pesatnya perkembangan teknologi yang mempelajari cara-cara memvisualisasikan dan menganalisis data dan informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara dan citra hasil penginderaan jauh. Geografi teknik terbagi atas,
Kartografi
Penginderaan Jauh
Sistem Informasi Geografis
Metode Kuantitatif Geografi
Ruang Lingkup Geografi
Ruang lingkup ilmu geografi secara umum meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun gejala sosial, serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Ruang lingkup studi ilmu geografi yaitu:
Kajian terhadap wilayah (regional);
Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah;
Persebaran dan kaitan antara penduduk (manusia) dengan aspek-aspek keruangan dan usaha manusia untuk memanfaatkannya
Ruang Lingkup Kajian Geografi Regional
1. Apa yang menjadi ruang lingkup kajian geografi regional?
Geografi regional dianggap sebagai studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang di wilayah tertentu baik secara lokal, negara maupun benua. Yang dibicarakan semua gejala di wilayah yang bersangkutan baik gejala fisik maupun manusia.
Geografi Regional mengkaji:
a. Lokasi (location)
lokasi adalah konsep geografi terpenting, karena lokasi dapat menunjukkan posisi suatu tempat, benda atau gejala di permukaan bumi. Lokasi dapat menjawab pertanyaan di mana (where) dan mengapa di sana (why is it thre) tidak di tempat lain.
Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, gejala, peristiwa lain. Ada dua komponen lokasi yaitu arah dan jarak. Arah menunjukkan posisi suatu tempat bila dibandingkan dengan tempat dimana kita berada. Sedangkan jarak adalah ukuran jauh atau dekatnya dua benda atau gejala tersebut.
Ada dua macam lokasi, yaitu:
1. Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah posisi sesuatu berdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur. Lokasi absolut ini mutlak adanya dan dapat dipercaya karena massa daratan relatif tetap, perubahannya kecil sekali dan berlaku umum di seluruh dunia. Melalui lokasi absolut kita dapat mengetahui jarak dan arah suatu tempat ke tempat lain di permukaan bumi.
2. Lokasi Relatif
Lokasi relatif adalah posisi sesuatu berdasarkan kondisi dan situasi daerah sekitarnya. Kondisi dan situasi disini dapat berupa kondisi fisik, sosial, ekonomi, budaya dan keberadaan transportasi dengan daerah disekitarnya. Seperti Indonesia terletak diantara dua samudera dan dua benua. Dilalui oleh dua jalur pegunungan dunia. Secara sosial budaya Indonesia merupakan tempat yang strategis karena berada di daerah persilangan antara dua budaya yang berbeda yaitu Asia dan Australia. Kedua benua tersebut mempunyai kondisi fisik dan corak kehidupan yang berbeda.
b. Tempat (place)
tempat dapat mencerminkan karakter fisik dan sosial suatu daerah. Suatu tempat dibentuk oleh karakter fisik (seperti iklim, jenis tanah, tata air, morfologi, flora dan fauna) dan manusia yang hidup di dalamnya (seperti jumlah penduduk, kepadatan, perkembangan penduduk, pendidikan, pendapatan dan kebudayaannya).
Dalam mengkajisuatu tempat, kita dapat melihatnya dari dua aspek yaitu site dan situasi. Site berkenaan dengan kondisi internal suatu tempat atau daerah, seperti iklimnya, keadaan tanah, topografi, penduduknya, dan segala sumber daya yang terkandung di dalamnya.
Situasi adalah kondisi eksternal suatu tempat atau kondisi suatu tempat bila dibandingkan dengan daerah lainnya.
c. Hubungan Timbal balik (interelasi)
setiap gejala dipermukaan bumi ini pada dasarnya adalah hasil hubungan timbal balik antara berbagai faktor. Hubungan ini dapat berupa antar faktor fisik, faktor fisik dengan manusia dan antar faktor manusia.
Contoh hubungan antar faktor fisik: ketinggian tempat dengan faktor iklim makro; kemiringan lereng dengan erosi; kesuburan lahan dengan jenis batuan; ketersediaan air tanah dengan curah hujan.
Contoh hubungan antara faktor manusia: perdagangan; transportasi; komunikasi dan organisasi.
Contoh hubungan antara faktor manusia dan faktor fisik: penggundulan hutan oleh manusia yang dapat menimbulkan banjir; penggalian bahan tambang yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan; irigasi untuk pengairan; industri yang dapat meningkatkan daya dukung lahan dan pemanfaatan sinar matahari untuk sumber energi dan pertanian (greenhouse).
d. Gerakan (movement)
Setiap gejala di permukaan bumi mengalami gerakan. Gerakan obyek tersebut ada yang tampak dan tidak tampak. Gerakan ini menjadi kajian geografi untuk memahami latar belakang terjadinya suatu gejala atau fenomena di permukaan bumi dan dampaknya terhadap gejala atau fenomena lain. Contohnya adalah terjadinya berbagai macam usaha tani sebagai akibat dari adanya perbedaan iklim; perbedaan iklim disebabkan oleh adanya sirkulasi udara secara global di atmosfer.
e. Perwilayahan (regionalisasi)
Tema yang paling mendasar dari studi geografi adalah region, adapun kajian utamanya adalah berbagai bentuk region dan perubahannya. Regionalisasi pada dasarnya adalah pengklasifikasian atau pengelompokan data kedalam data sejenis. Dari pengelomp[okan tersebut maka akan tampak daerah yang menunjukkan persamaan dan perbedaan. Kesatuan daerah yang menunjukkan karakteristik tertentu sehingga dapat dibedakan dengan daerah lainnya disebut region. Karakteristik atau ciri khas daerah suatu tempat itu dapat berupa karakteristik aspek fisik, manusia atau gabungan keduanya.
dapat dikatakan geografi tanah mengkaji sebaran tanah secara horisontal berdasarkan pada bentanglahan, dengan menggunakan dasar kerja ilmu tanah yang mengkaji tanah secara vertikal berdasarkan sifat material tanah. Karakteristik tanah secara horisontal dapat tersebar bersesuaian dengan bentuklahan atau fisiografinya. Konsep banjar topografi ini merupakan salah satu aspek yang sering dikaji dalam geografi tanah untuk dapat memahami sebaran atau distribusi tanah di permukaan bumi.
DAFTAR PUSTAKA
http://geografiunm.wordpress.com/2011/04/27/ruang-lingkup-geografi/
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/ilmu-tanah/131-geografi-tanah

Pengertian Geografi Tanah

Geografi tanah mempelajari sebaran jenis tanah di muka daratan dan faktor yang menentukan sebaran teresbut. Secara sederhana dapat dinyatakan sebagai ilmu tanah yang dikaji dari sudut pandang geografi. Kata geografi dalam geografi tanah merupakan konteks sistem atau metode telaah, bukan konotasi ilmu (Notohadiprawiro, 1994). Geografi tanah merupakan cabang ilmu geografi yang mengkaji persebaran satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat, dan karakteristik satuan-satuan tanah yang menyelimuti permukaan bumi, dan pemanfaatan tanah untuk kehidupan (Sartohadi dkk., 2012)

Sebaran tanah yang membentuk hamparan di muka daratan disebut pedosfer. Setiap wilayah memiliki mosaik tanah tersendiri karena keragaman faktor penentunya. Hamparan tanah di muka daratan mencitrakan bentangtanah yang menjadi salah satu elemen bentanglahan. Mosaik tanah sebagai fakta kewilayahan dapat diungkap lewat peta tanah. Peta tanah memuat informasi mengenai nama-nama satuan tanah melalui sistem klasifikasi tertentu secara konsisten mulai dari skala global hingga detail.
Untuk mengetahui sebaran tanah di muka bumi perlu dipahami terlebih dulu definisi tanah dan faktor pembentuk tanah. Tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) berupa kombinasi dari iklim dan jasad hidup terhadap bahan-bahan alam (natural material) yang terletak dan dikendalikan relief di permukaan bumi dalam rentang waktu tertentu(Notohadiprawiro & Supranowo, 1978; Sartohadi dkk,2012). Tanah terbentuk oleh kerja beberapa faktor alam yaitu iklim,jasad hidup meliputi vegetasi organime manusia, relief (topografi), bahan induk, dan waktu. Faktor-faktor pembentuk tanah dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor pasif, meliputi sumber massa pembentuk tanah dan kondisi-kondisi yang mempengaruhinya, terdiri dari bahan induk, relief dan waktu. Berikutnya faktor-faktor aktif, yang meliputi media yang menyediakan energi yang bekerja diatas massa untuk menyelenggarakan proses-proses pembentukan tanah yang terdiri dari iklim dan jasad hidup.
Setiap wilayah di muka bumi akan memiliki karakteristik masing-masing faktor pembentuk tanah tersebut secara bervariasi. Variasi ini diidentifikasi  lewat survei tanah dengan pendekatan geografi yang menekankan pada kajaian fisiografi atau bentuklahan. Bentuklahan merupakan kenampakan permukaan bumi yang terjadi akibat genesis tertentu, sehingga menimbulkan bentuk khas yang dicirikan oleh sifat fisik material akibat proses alami yang dominan, dan dalam perkembangannya dapat dikaitkan dengan struktur tertentu (Sunarto, 2004).
Salah satu maksud pendekatan ini adalah untuk penentuan lokasi guna mengkaji tanah secara spesifik. Perbedaan lokasi fisiografi atau bentuklahan akan menghasilkan karakteristik tanah yang berbeda. Kajian spesifik tanah merupakan kegiatan pemerian (deskripsi) tanah yang didasarkan pada profil lapukan atau dikenal sebagai profil tanah. Deskripsi profil tanah merupakan dasar untuk klasifikasi tanah dan pekerjaan terapan pemanfaatan tanah lainnya. Hal yang dikaji di setiap lapisan horison tanah adalah sifat fisik, kimia, dan biologi agregat tanah.
Dapat dinyatakan bahwa geografi tanah mengkaji sebaran tanah secara horisontal berdasarkan pada bentanglahan, dengan menggunakan dasar kerja ilmu tanah yang mengkaji tanah secara vertikal berdasarkan sifat material tanah. Karakteristik tanah secara horisontal dapat tersebar bersesuaian dengan bentuklahan atau fisiografinya. Konsep banjar topografi ini merupakan salah satu aspek yang sering dikaji dalam geografi tanah untuk dapat memahami sebaran atau distribusi tanah di permukaan bumi.

DAFTAR PUSTAKA
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/ilmu-tanah/131-geografi-tanah